BOJONEGORO (indoshinju.com) – Sepintas yang nampak adalah sosok pria-pria perkasa pengangkut jerami basah.
Namun mengejutkan, siapa sangka setelah didekati ternyata, mereka adalah Ibu ibu yang nampak begitu riang dengan keramahanya.
Pemandangan ini ada di Bojonegoro, tepatnya disekitar Bojonegoro Barrage.
Kepada indoshinju.com, salah seorang Ibu berkata, “Sapinya empat mas, kalau tidak dicarikan makanan ya lapar nanti kasihan, bapaknya kerja cari uang”, ungkapnya.
Ini adalah bukti yang membuka mata dunia, akan kegigihan sifat, dan semangat juang yang dimiliki oleh manusia manusia Indonesia, militan, kreatif dan pantang menyerah.
Tidak akan pernah ditemukan dibelahan dunia lainya, pemandangan seperti ini, hanya ada di Indonesia, kegigihan Ibu ibu pencari rumput pakan ternak, mengangkut jerami padi basah yang nampak begitu berat.
Namun kegigihan dan semangat mereka mendobrak kejamnya zaman, tidak peduli dengan hiruk pikuk perkembangan dunia yang semakin menyesatkan.
Ihlas membantu suami bekerja keras, demi kehidupan putra putrinya dimasa mendatang.
Seyogyanya kita bercermin pada semangat ini, jika dikelola dan diarahkan dengan benar maka negara kita tidak memerlukan negara asing berikut tenaga kerjanaya untuk menggali dan mengeksploitasi kekayaan alam di bumi pertiwi Indonesia.
Polemik yang muncul dan terkesan dibesar beasarkan adalah faktor SDM (Sumber Daya Manusia), di dalam hal ini jelas persoalan pendidikan.
Seharusnya pemerintah sendiri haruslah merasa malu jika meragukan kemampuan bangsanya sendiri, bagaimana implementasi UUD 1945, alenia ke empat;
“Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupain bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat berdasar kepada, dan seterusnya”.
Poin penting didalam kalimat, ” Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, apakah artinya setelah 70(tujuh puluh) merdeka, jika rakyatnya sendiri masih dianggap bodoh dan diragukan kemampuanya ?
Artinya negara kita gagal mencerdaskan kehidupan bangsanya, apakah pendidikan atau sistem yang salah ?
Kalau dinegara negara lain, pendidikan lanjutan samapai bs ngan perguruan tinggi yang dibiayai oleh negara.
Akan tetapi justru sebaliknya baliknya, di Negara kita Indonesia, pendidikan yang dibiayai oleh Negara Tingkat Dasar samapai dengan Menengah, artinya fasilitas Dasar.
Lalu kesimpulanya adalah bahwa jika ingin pintar maka biayanya sangatlah mahal, dan sudah tentu hanya orqng orang dengan tingkat ekonomi mapan saja yang mampu membiayai putra putrinya untuk jenjang pendidikan tinggi.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya bangsa kita akan bersaing dengan bangsa lain jika sistim ini tidak dirubah ?
Cerdaskan kehidupan Bangsa, bilakah terlaksana secara cerdas. (adi g/hmr/isc)