Air Susu Dibalas Air Tuba Keluh Sunadi

Tuban(indoshinju.com) Pak Sunardi warga Desa.Montong sekar dukuh.Krajan RT.11 RW.02 Kecamatan.Montong Kabupaten Tuban yang merasa ditindas dan mendapatkan perlakuan yang tidak adil hanya bisa mengadu kepada wartawan media ini, pada intinya uraian dibawah ini adalah ungkapan hati yang dipendam selama ini.

Ternyata ketidak adilan yang di terima oleh pak Sunardi tidak hanya mengenai masalah HIPAM saja, sudah banyak kejadian yang di rasa membebani jiwanya hingga menceritakan semua.Dimulai dari kepemimpinan kades Sunarwan, saat itu memperbaiki jalan dengan panjang 600 meter yang menghabiskan 9 rit Colt diesel, itupun tanpa ada seorangpun yang membantu, baik secara materi maupun fisik, bahkan tidak ada salah satupun perangkat desa yang bertanya.

Read More

“Dan yang saya terima bukanlah sanjungan ataupun pujian tetapi sebaliknya saya di tuduh menerima hasil banyak” Ungkap Sunardi.

Dalam bidang keagamaan,dimana saat itu ada proyek pengaspalan dan ada sisa aspal 1 (satu) drum akhirnya saya minta ke pelaksana pekerjaan pak Sumarsono (Almarhum) yang saat itu saya jual dan mendapatkan uang senilai Rp.400.000,00 (empat ratus ribu rupiah). Uang hasil penjualan itu saya belikan pengeras suara untuk 2 (dua) mushola, tetapi yang saya dapat hanyalah tuduhan yang katanya saya ini dapat untung padahal untuk pembelian alat pengeras itu saya ini rugi alias tambel.
Selesai masa jabatan kades Sunarwan akhirnya ada PJ yang di pegang oleh Sekdes. Saat itu saya di ajak membuat rumah di sumur Wali, tujuanya jika ada sedekah bumi nantinya tidak usah menyewa terop.

“Mengenai pendanaan dari saya pribadi dan Pak Muk, pada saat pengerjaan saya memanggil penggergaji kayu mesin untuk memotong 4 batang kayu jati. Sedangkan untuk tukang angkut di bantu tenaga oleh pak Mulyani (ketua RT) dan pak Mulyani.” Ungkapnya lagi.

Menurut Sunardi, tujuan di potongnya kayu jati tersebut selain untuk membuat rumah sisanya (jadi 3 set) di buat perlengkapan untuk orang meninggal dimana jika sudah di pakai dapat di kembalikan untuk dipergunakan yang lainya.

“Sekarang ini di kelola oleh Pak Mulyani RT, tetapi kenyataanya habis yang katanya di makan rayap kepala hitam. Dibawah kepemimpinan kades endang saat kekeringan saya meminta pak Ansor sebagai sopir untuk membawa mobil tangki bantuan dari PKB. Oleh pak Ansor saya di beri 2 tangki, yang 1 tangki untuk rumah saya dan 1 lagi untuk siapapun yang mau membeli.” tandas Sunardi menambahkan keterangannya.

“Dengan perhitungan 1 tangki 15 ribu, ongkos sopir 15 ribu jadi total semuanya 60 ribu. Tetapi karena masyarakat tidak ada yang membayar, akhirnya saya membiayai sendiri bahkan itu berjalan sampai 2 bulan dengan meminta sampai 4 kali pengiriman.”

“Tidak itu saja, saat saya di tunjuk oleh sekdes untuk jadi panitia penebangan kayu jati di makam yang dilelang dengan nilai 127 jt. Mulai dari awal penebangan sampai dengan selesai, saat itu pula ada orang yang mengajak berkelahi karena saya di kira yang memegang uang dan tidak meminta uang sebanyak 200 rb. Yang lebih miris saat itu ada seorang kiyai yang ingin membangun mushola tetapi di tengah perjalanan berhenti. Lalu ada seorang tukang yang datang ke rumah mengajak saya untuk melanjutkan pekerjaan yang terhenti. Karena itu untuk agama, maka saya bantu tetapi saat ada demo ternyata kiyai itu malahan ikut mendemo saya.”

Untuk yang terakhir kalinya mengenai HIPAM yang saya prakarsai dan tanpa di bantu dana oleh siapapun terkecuali bu kades senilai 7 jt, selepas dapat di pergunakan warga dan dapat mempergunakan air tersebu. Tetapi apa yang terjadi, ternyata mereka juga ikut mendemo saya. Ternyata semua kebaikan yang telah saya perbuat tanpa ada niat imbalan ataupun ambil keuntungan seakan-akan tidak ada artinya bagi mereka.(bambang/isc)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *