BOJONEGORO (indoshinju.com) – Seperti malam-malam sebelumnya, dalam beraktifitas sehari-hari, Jalan Diponegoro Bojonegoro adalah lintasan utama.
Pemandangan yang tidak asing lagi tertangkap oleh mata yang menjelajah di kanan kiri jalan tersebut, nampak lah disisi barat jalan Diponegoro Bojonegoro tepat didepan Swalayan mini berlebel Mrt.
Bersimpuh seorang Ibu tua dengan baju kusut yang disandangnya.
Bergumam dihati ini, “Jangan usir dia, Ibu ini hanya ingin menyambung hidupnya saja”.
Dia adalah Sri Utari, seorang Ibu tua yang hidup sebatangkara di usianya yang sudah senja (-+ 70 tahun).
Tanpa Suami, tanpa Anak maupun Sanak Saudara.
Dia adalah seorang Ibu yang hidup sebatang kara di kota ini.
“Saya tinggal sendirian nak, dibelakang stasiun kereta api Bojonegoro”. Ucapnya
Menurutnya, dia tidak memiliki siapapun di dunia ini, kesehariannya hanya digunakan untuk meminta sedekah demi menyambung hidup.
Mulai jam 6 hingga pukul 10 malam ia meletakan dirinya dibawah pohon sono Keling ditepi jalan.
Ngalor-ngidul (jawa-red) ia bercerita, dulu naik kereta dari Banjarnegara hingga sampai di Kota Bojonegoro.
“Ora Bapa ora Biyung, ora sanak ora kadang”, tuturnya dalam bahasa Jawa
Artinya dia hidup tanpa Ayah tanpa Ibu, tanpa Sanak tanpa Saudara.
Iapun mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki anak, artinya hidup sebatang kara.
Dalam kesehariannya Ibu tua yang memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) bernama Sri Utari tersebut mengungkapkan bahwa uang 500 Rupiah itu sangatlah berarti baginya, kehidupannya dijalani dengan ikhlas karena takdir Tuhan.
“Kadang ya 200 ya 500 orang yang memberi, saya dapat 10 kadang 15 ribu untuk membeli beras”, ucapnya.
Jangan buang dan sia-siakan 500 Rupiahmu, sebab mungkin masih banyak Sri Utari lainnya yang membutuhkan uluran tangan orang lain demi menyambung hidupnya. (adi g)