INDOSHINJU.COM (redaksi opinion)- Salah asuhan, Cerpen karya Abdul Muis (1886-17 juli 1959) yang melegenda hingga saat ini, namun pernahkah anda berfikir bahwa masyarakat indonesia saat ini adalah ibarat anak anak yang salah asuhan dalam konteks politik.?.
Hal ini tercermin dari bagaimana masyarakat disebuah pedesaan di Wilayah Provinsi Jawa Timur, tentang bagaimana mereka menyikapi gelaran Pikada di daerahnya, cerita ini berawal dari sebuah perjalanan singkat yang dilakukan oleh seorang anggota KPPS.
Dalam perjalanan tugas dadakan yang diemban tersebut, dia mengaku kaget dan bingung saat membagikan surat panggilan hak pilih warga satu RT yang di bebankan kepadanya.
“Waktu itu saya mebagi surat panggilan hak pilih, la kok saya ditanyain duwit, saya ya bingung to mas, malah mereka bilang, kalau gak ada uangnya ya gak mau berangkat nyoblos”. ungkap Yl (nama samaran).
Apa yang didapat rakyat selama ini, kenapa mereka begitu berharap dengan pemberian kecil itu, rakyat sebagai pemilih, rakyat sebagai penentu dari pemimipin mereka sendiri, namun rakyat kini sudah salah asuhan, mereka dibodohkan dalam pendidikan berpolitik (pengalaman).
Rakyat dimiskinkan dan diberikan sertificate atas kemiskinan mereka, mereka hanya tahu pemberian-pemberian kecil dalam konteks personal terutama kebutuhan-kebutuhan pokok, Uang, Beras, Minyak goreng, Mie instan, dan barang-barang remeh lainya.
Namun mereka senang menerimanya karena mereka butuh, mereka miskin dari segi ekonomi dan miskin dalam pendidikan politik (pengalaman sebelumnya).
Pilkades, Pilbub, Pilgub, Pileg, dan Pilpres tak ubahnya bagaikan PIL KOPLO bagi rakyat kecil yang membuat mereka semakin teler.
Hal ini seakan menjadi penyakit yang kronis dan sangat sulit untuk diobati, mata hati rakyat menjadi semakin buram dan kesulitan memandang sebuah pilihan, mana yang baik, dan mana yang tidak baik, sedangkan pilhan rakyat adalah penentu bagi masa depan bernegara.
“Dari 65 KK yang saya masuki rumahnya, 70% mereka menanyakan tentang ada duwite atau enggak”, ungkap Yl menambahkan cerita pengalaman seharinya.
Miris dan mengharukan, sebuah pelanggaran terhadap Undang Undang yang pada akhirnya seakan menjadi sebuah tradisi, karena rakyat yang sudah salah asuhan. (Adi Gondrong, Wapimred indoshinju.com).