BOJONEGORO (indoshinju.com) – Keresahan melanda para petani di Bojonegoro setelah tanaman padi milik mereka terancam gagal panen.
Hal ini bukan disebabkan oleh karena kurangnya ketersediaan air namun karena serangan hama.
Para petani diwilayah Desa Mojodeso dan beberapa Desa lainya di Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro ini semakin ketar-ketir mengahadapi serangan hama wereng yang merusak tanaman padi milik mereka.
Diduga kurang lebih 5(lima) Hektar sawah di wilayah ini akan mengalami gagal panen akibat serangan wereng tersebut yang merusak hampir 60 % (enam puluh persen) tanaman padi tersebut.
Muji (40) warga Mojodeso mengatakan bahwa, padi yang ditanam tersebut telah berumur 70(tujuh puluh) hari, artinya tanaman padi ini sudah waktunya berisi.
“Ya kira-kira 25 (dua puluh lima) hari lagi tanaman padi kami ini sudah memasuki masa panen mas, la tapi kalau sudah diserang wereng begini ini, ya pupus harapan kami”. Ungkap Muji.
Muji mengatakan bahwa para petani ini berharap kepedulian pemerintah terhadap kondisi para petani yang terancam bangkrut untuk masa tanam kali ini.
Menurutnya selama ini baru ada satu kali bantuan obat-obatan pertanian dari pihak desa setempat namun itupun tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
Pasalnya bantuan obat-obatan pertanian tersebut diterima oleh sebagian warga saja, sementara yang lain tidak pernah kebagian.
Imbuhnya, “Kami para petani memohon untuk diperhatikan, utamanya solusi untuk langkah selanjutnya agar supaya dapat meraih panen secara baik dan sukses, kami juga tidak pernah didatangi oleh PPL dari Dinas Pertanian terkait masalah kami saat ini”. Terang Muji.
Kegagalan panen diwilayah ini dikhawatirkan akan berimbas pada kehancuran ekonomi para petani, sebab tidak semua petani memiliki dana segar (fresh money) untuk mengerjakan sawah mereka, namun banyak diantara mereka yang melakukan pinjaman modal di berbagai tempat, di koperasi swasta maupun bank-bank milik pemerintah, dengan cara pembayaran rata-rata musiman, dan jika masa tanam kali ini gagal panen maka dapat dipastikan para petani diwilayah ini akan mengalami kerugian besar.
Jika diestimasi harga gabah turun perontok Rp 3000,- (tiga ribu) rupiah/Kg, saat panen secara normal 9(sembilan) ton/hektar maka dapat diperkirakan kerugian petani ini mencapai diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta) rupiah. (Adi G)