BANGKALAN BACA (indoshinju.com) –Pemilihan Gubernur Jatim masih kurang 2 tahun lagi” Namun dukungan dari sejumla elit partay mulai di wacanakan,
bahkan kabarnya Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Gerindra Jawa Timur mengusulkan pasangan Khofifah Indar Parawansa – Supriyatno sebagai Calon Gubernur dan wakil Gubernur Jawa Timur,”
Hal ini tentu menimbulkan berbagai persepsi dari para aktivis dan masyarakat, baik yang pro dan kontra, tanggapan serius juga datang dari persatuan pengacara( Advocate,) pembela Ulama dan Aktivis yang tergabung di AAN Advokasi Al,islam Nkri , salah satunya dari Nurcholis Ali S.H.Mh . Ketua DPD AAN Advokasi Al.islam NKRI Madura ini akhirnya turut komentar. menurutnya sangat disayangkan jika elit politik partay Gerindra sudah mengeluarkan wacana tanpa mempertimbangkan aspirasi masyarakat.
jangan sampai Gerindra salah langkah lagi dan mengulangi kesalahannya seperti ketika mencalonkan Ahok menjadi wakil Gubernur mendampingi Jokowi merebut DKI 1, kala itu sebenarnya kalangan elit internal tidak setuju atas pilihan Gerindra tersebut,
Bahkan Prabowo sempat di ingatkan atas putusan tersebut namun tidak di indahkan” Akibatnya setelah yang didukung terpilih,ternyata ke pemimpinannya menimbulkan berbagai gejolak yang luar biasa karena kebijakannya yang dinilai tidak pro rakyat.ujar mantan alumni 212 ini.
tanggapan senada juga datang dari Syafiudin Asmoro yang kini menjabat anggota DPRD Jatim dari Partai Gerindra Dapil Madura. Menurutnya pernyataan Ketua DPD Gerindra Jatim itu terlalu reaktif dan sangat gegabah karena tidak mempertimbangkan dari berbagai aspek kepentingan masyarakat dan partai kedepan “Kedepan kita kan punya agenda politik yang lebih besar, jadi tidak boleh gegabah,” ujarnya saat ditemui sejumlah awak media Kamis (06/07/2017).
Selain itu dikatakannya, DPD Partai Gerindra Jatim mestinya mempertimbangkan kultur dan budaya yang ada di Jawa Timur yang notabene sangat menjunjung tinggi para Ulama dan Kyai. “Jawa Timur ini tidak bisa disamakan dengan DKI Jakarta, kulturnya berbeda dan dinamika politiknya juga beda,” imbuhnya.
Ia juga menyinggung keputusan ke 21 Kiai sepuh NU untuk lebih mencalonkan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai Calon Gubernur Jawa Timur.
Menurutnya hal itu patut dipertimbangkan juga. “Ya keputusan para Kiai itu patut kita pertimbangkan jangan lantas asal mengambil sikap berbeda,” tutur anggota DPRD Jatim yang mendulang suara terbanyak di Partai Gerindra Jatim pada Pileg tahun 2014.
Menurut sepengetahuannya sampai saat ini DPD Partai Geridra Jatim belum ada kesepakatan untuk menentukan Calon Gubernur Jatim. Oleh karena itu jika Ketua DPD Gerindra Jatim tergesa-gesa mengusulkan Khofifah sangat disayangkan sekali. “Kalau kesepakatan Wakil Gubernur dari kader partai itu memang ada tapi kalau calon Gubernur belum ada,” katanya.
Dijelaskannya, karena isu tersebut banyak masyarakat terutama tokoh Madura yang komplain terhadap dirinya karena dianggap tidak sesuai dengan kultur dan budaya masyarakat Jawa Timur Khususnya Madura. “Ini keputusan yang belum final, disamping saya harus patuh terhadap keputusan partai saya sebagai wakil rakyat juga harus menyampaikan aspirasi rakyat sebagai konstituen saya,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan di Jawa Timur banyak tokoh-tokoh yang patut untuk dipertimbangkan, seperti Muh. Nuh mantan Mendiknas dan tidak menutup kemungkinan ada figur lain yang punya kapasitas, akseptabilitas dan elektabitlias yang tak kalah kelasnya dengan nama-nama figur yang sudah beredar,” pungkasnya.
(Lis)