Islam Rahmatan Lil Alamin Bukan Radikal

Indoshinju.com-Propaganda dan berbagai macam strategi yang dilancarkan untuk mendeskreditkan Islam dimata dunia membuahkan anggapan stigma negative terhadap sebagian orang bahwa Islam mengajarkan Radikalisme dan Kekerasan yang sesungguhnya bertolak belakang dengan pemahaman Islam yang sesungguhnya, berikut adalah klarifikasi dari anggapan tersebut.

Seperti dilansir oleh Satu Islam, Jakarta–Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan pesantren merupakan lembaga pendidikan yang khas Indonesia. Dalam pesantren tidak hanya diajarkan nilai agama, tapi juga nilai kehidupan.

Namun, ada pula yang menjadikan pesantren sebagai tempat untuk mengajarkan radikalisme dan kekerasan. Lukman meminta umat Islam di Indonesia, khususnya yang menuntut ilmu Islam secara mendalam di pondok pesantren, untuk mengklarifikasi pandangan-pandangan yang salah mengenai Islam.

Hal itu dikatakan Lukman saat memberikan sambutan dalam Syukuran 54 tahun Pondok Pesantren Darunnajah di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Minggu 28 November 2015.

Menurut dia, seluruh umat harus mengetahui bahwa Islam bukan agama yang mengajarkan adikalisme dan kekerasan. “Umat Islam di Indonesia punya tanggung jawab memberikan penjelasan, memberi klarifikasi kalau tuduhan itu tidak relevan sama sekali,” kata Lukman.

Lukman menambahkan, pesantren dengan kiai-kiai dan santri-santri di dalamnya adalah orang yang paling tepat untuk memberikan klarifikasi. Pondok pesantren pada umumnya memiliki tiga ciri yang membuatnya tepat untuk menyebarkan ajaran Islam yang sebenar-benarnya.

Pertama, pondok pesantren selalu mengajarkan Islam yang rahmatan Lil alamin. Kedua, pondok pesantren juga melahirkan alumni-alumni yang mempunyai kerendahan hati. Dengan dasar tawadu, santri-santri tidak mudah menyalahkan orang lain yang memiliki pandangan berbeda dengan dirinya.

“Jadi tidak mengkafir-kafirkan,” ucap Lukman.

Ketiga, pondok pesantren juga selalu mengajarkan cinta terhadap tanah air. Sudah seharusnya ke-Islaman dan ke-Indonesiaan tak bisa dipisahkan. Hal ini, lanjut dia, merupakan prasyarat mutlak bagi jalannya Islam di bumi pertiwi.

Sementara itu Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam sambutannya mengungkapkan harapannya, pesantren selain dapat menyelaraskan keimanan atau ketaqwaan, namun juga memiliki kemampuan mengembangkan ekonomi kepada para santri.
Menurut JK kekurangan pesantren saat ini masih sedikitnya pesantren yang mengembangkan sektor ekonomi dan belum optimalnya ahli-ahli di bidang itu. Kekurangan itu harus didorong dengan peningkatan kemampuan ekonomi tanpa meninggalkan nilai-nilai keagamaan.

Lebih lanjut Wapres mengatakan, peningkatan ekonomi tanpa dibarengi nilai-nilai keimanan dan kemampuan mengurus ekonomi yang terjadi malah kehancuran. Dirinya mencontohkan negara-negara Islam penghasil minyak di Timur Tengah yang kini sebagian besar penduduknya justru hijrah ke negara non-Islam di Eropa karena tinggal di negara asalnya tidak lagi aman.

“Lihat, kurang kaya apa itu Mesir, Libya dan Suriah? Tidak ada negara sekaya mereka, tetapi kenapa mereka pergi ke Eropa? Itu karena kemampuan mengurus negara dan ekonominya tidak sepadan dengan kekayaan negerinya,” katanya.

Oleh karena itu, Wapres Kalla berharap generasi muda yang menempuh pendidikan di pondok pesantren harus memiliki modal pengetahuan dan kemampuan untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik di masa mendatang.

“Kita harus menuju ke situ, karena kemampuan untuk mengembangkan ekonomi dan keimanan secara bersamaan dapat menghindarkan bangsa ini dari masalah-masalah di kemudian hari,” tandasnya.

Hadir dalam kesempatan itu para petinggi yayasan, guru dan ribuan santri pondok pesantren Darunnajah. Hadir pula sembilan Duta Besar dari negara-negara sahabat, serta tokoh-tokoh Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. (isc/akun fb andi mf burhanuddin)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *