NGANJUK (indoshinju.com) – Nasib malang menimpa seorang Ibu yang menghadapi sebuah persalinan di Nganjuk.
Sungguh miris, kondisi yang terlihat nyata bahwa pelayanan yang ditengarai masih kurang baik bagi masyarakat kalangan bawah.
Diduga kejadian ini adalah karena lambannya penanganan terhadap seorang pasien, yaitu seorang Ibu yang mengahadapi sebuah persalinan, dan berakibat fatal, atau sebuah kematian.
Adalah Ibu Pariyem (32), asal Kelurahan Ganungkidul, Kabupaten Nganjuk dan bayinya, yang akhirnya meninggal dunia usai proses persalainan.
Arif Witanto Koordinator DKR (Dewan Kesehatan Rakyat) JawaTimur, kepada indoshinju.com mengatakan:
“Hal-ini mengindikasikan masih buruknya pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Nganjuk,”. Tukas Arif.
Kejadian ini berawal ketika pada hari senin lalu (08/02/ 2016), sekitar pukul 20.00.
Pariyem datang ke RSUD Nganjuk hendak melahirkan, diketahui saat itu Pariyem dengan kondisi sudah pembukaan dua.
Selanjutnya Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Nganjuk, lantas melakukan pengecekan kondisi Pariyem.
Namun kabar mengejutkan didapati pariyem saat itu, setelah menunggu selama sehari, sekitar pukul 17.00 Selasa 9 Februari 2016 lalu Pariyem diharuskan menjalani operasi cesare untuk proses persalinannya.
Menurut keluarga pengantar Pariyem, salah satu Petugas medis mengatakan: “Pariyem harus dirujuk, karena alat di RSUD Nganjuk sedang rusak”, ujar Prapti (36), salah seorang kerabat yang mengantarkannya ke rumah sakit.
Tak mau menunggu lama karena pembukaannya bertambah banyak, keluarga lantas menerima rujukan RSUD Nganjuk ke RS Bhayangkara,
Akhirnya dipilihlah, RS Bhayangkara karena lokasinya dekat dengan RSUD Nganjuk.
Diluar dugaan, pihak keluarga harus menunggu karena mereka tak kunjung mendapat mobil ambulan.
Prapti berkata, “Mobiln ambulannya ada, tapi sopirnya tidak ada, Sudah ditelepon tapi tidak datang-datang”, ujar Prapti menerangkan.
Setelah menunggu di dalam kepanikan akhirnya didapati mobil Ambulan baru bisa siap dan digunakan sekitar pukul 20.00 atau sekitar 3 jam kemudian.
Sesampainya di RS Bayangkara sungguh Ironis, Lagi-lagi Pariyem tak bisa mendapatkan penanganan di RS Bhayangkara. “Katanya sedang penuh,” ungkap Prapti.
Dengan menggunakan kendaraan ambulan yang sama, Pariyem lantas dibawa ke RSI Aisyiyah yang masih berada di Kecamatan Nganjuk.
Karena kondisinya sudah kritis dan mendapat persetujuan keluarga, Pariyem menjalani operasi cesare.
Sayangnya, bayi berjenis kelamin perempuan yang ada di kandungan Pariyem tak bisa diselamatkan.
Usai melahirkan, kondisi Pariyem yang menunggu proses kelahiran selama dua hari itu terus melemah.
Meski sudah menjalani tindakan medis, Pariyem juga menyusul bayinya dan meninggal sekitar pukul 00.00 Selasa lalu.
Sajuri (33), suami Pariyem yang mendengar kabar duka itu pun langsung pingsan.
“Saya tidak kuat, baru sadar waktu di rumah,” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Jenazah Pariyem bersama anaknya yang belakangan dinamai Putri itu lantas dimakamkan sekitar pukul 01.00 Rabu 10 Februari 2016 dini hari.
Atas kejadian yang menimpa Pariyem, pihak keluarga sangat menyayangkan penanganan di RSUD Nganjuk yang menurut mereka sangat lambat.
Jika penanganan di rumah sakit plat merah itu bisa lebih cepat, mereka optimis Pariyem dan bayinya bisa diselamatkan. “Ya tapi sudah seperti ini,” keluh Prapti.
Kejadian yang menimpa Pariyem ini langsung direspons oleh FKIB/Forum Peduli Keselamatan Ibu dan Bayi Nganjuk.
Bidang Humas dan Advokasi FKIB Nganjuk Roissudin mengatakan, “kasus seperti yang menimpa Pariyem itu seharusnya tak boleh terjadi, harus ada standar pelayanan yang jelas, terutama bagi ibu dan bayi dalam proses persalinan seperti ini,” tegasnya.
Dan kasus ini bisa dijadikan bahan evaluasi pelayanan ibu hamil dan melahirkan.
Roissudin berharap, kejadian serupa tidak terulang lagi pada ibu hamil lainnya.
Apalagi, jika penyebabnya karena pelayanan yang kurang maksimal. “Jangan sampai terjadi lagi,” lanjutnya mengingatkan.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Humas RSUD Nganjuk Eko Santoso mengatakan: “rumah sakit sudah melakukan penanganan sesuai prosedur, Eko mengakui, RSUD Nganjuk harus merujuk ke rumah sakit lain karena ruang operasi yang masih dalam proses perbaikan, bukan alatnya yang rusak, tapi ruangannya sedang dalam perbaikan, Dokternya siap, tapi ruangnya tidak bisa digunakan.” Terangnya.
Dan terkait pasien yang harus menunggu hingga sehari sebelum ada keputusan merujuk, lebih-lanjut Eko mengatakan,
“rumah sakit perlu berkoordinasi dengan pihak yang menangani”.
Lanjut Eko, “Prinsipnya jika kondisi pasien darurat rumah sakit akan merespons dengan cepat, Bu Pariyem sebenarnya sudah masuk ruang VK (verlos kamer/ruang bersalin, Red), hanya saja memang tidak bisa dioperasi di sini (RSUD Nganjuk, Red) karena ruangannya dalam perbaikan.” Terangnya. (arw/isc)