Sangat Membutuhkan Bantuan, Bocah Balita Asal Jember Tidak Miliki Anus dan Kelamin, Hingga Kini Masih Bertahan.
Reporter : Imam/Deby Ms
JEMBER (indoshinju.com) – Disebuah Desa di ujung paling timur Kabupaten Jember, terdapat seoarang bocah perempuan tidak memiliki anus (alat pembuang kotoran) dan alat kelamin, semua lubang pembuangan kotoran tertutup sejak lahir.
Seperti yang dialami Nia Ayu Wulandari, bayi perempuan malang berumur 2 tahun asal Dusun Garahan Kidul, Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, harus menderita kesulitan buang air dan kotoran karena harus lewat perut depannya menggunakan selang bantuan.
Dirinya mengalami hal itu sejak lahir, saat masih serumah dengan kedua orangtuanya.
Tak hanya itu, dirinya juga mengalami bibir sumbing, beruntung ada program operasi gratis dia kebetulan diikutkan, sehingga bentuk bibir yang awalnya terlihat tak normal, sekarang mulai membaik.
Hal yang paling dikeluhkan oleh pihak keluarga adalah ketika Ayu mau buang air dan kotoran, orang tua seringkali menangis dan susah.
“Nia Ayu harus minum obat khusus dulu sebelum makan, kalau tidak kotorannya akan mengental, akibatnya susah keluar karena saluran selang yang dipakai kecil, kalau konsumsi obat kotoran akan mencair, “ tutur Agustin Ibunya.
Menurut Agustin,dirinya harus mengeluarkan biaya untuk membeli obat setiap saat ke apotik di Kecamatan Kalisat, dengan harga 100.000 rupiah setiap minggunya.
Penderitaan Nia semakin lengkap ketika kedua orangtuanya memutuskan untuk bercerai, sehingga dirinya terpaksa tinggal bersama sang kakek dan nenek disebuah gubug sederhana di wilayah perkebunan sidomulyo.
Hanya mengandalkan hasil kuli tenaga tua yang tak lagi maksimal, sang kakek, harus mengumpulkan uang untuk menebus obat setiap minggunya, kalau tidak Nia akan akan menangis terus karena sakit perut akibat kotoran yang tak bisa keluar.
Semantara menurut salah satu Relawan Sugeng Riyadi warga Desa Sempolan, Kecamatan Silo membenarkan dengan kondisi Nia Ayu.
Dirinya diceritakan oleh sang nenek dan melihat langsung kondisi anak malang tersebut.
“Kebetulan waktu itu saya mencoba membantu mengantarkan anak tersebut operasi bibir sumbing di salah satu rumah sakit di jember, sampai dirumahnya saya tau,” jelas sugeng.
Sambil meneteskan air mata pejuang masyarakat miskin ini bercerita tentang penderitaan Nia Ayu yang betul-betul memperihatinkan.
“Tak bisa saya melanjutkan cerita ini, mari saya ajak semua pihak dan saya 24 jam siap antar melihat kondisi langsung anak itu,” katanya.
Sugeng berharap, ada pihak – pihak yang mau membantu jalannya kesembuhan anak tersebut, sampai kembali normal layaknya teman-teman bermain yang lain.
Saat ini juga Komunitas Jurnalis Independen Indonesia (JII) yang sangat konsent masalah Hukum dan Sosial, sedang berusaha mencari donatur untuk membantu adik Nia.