BOJONEGORO indoshinju,com – PEMILIHAN KEPALA DAERAH Kabupaten Bojonegoro 2018 merupakan bahasan paling menarik di seluruh pelosok Kabupaten Bojonegoro saat ini. Berbagai strata sosial sudah saling mengotak-atik berapa pasangan yang bakal maju sebagai kontestan calon bupati dan wakil bupati tahun depan.
Bahkan yang paling menarik adalah banyak anggota masyarakat sudah mempunyai batasan ukuran kriteria yang harus dipilih bukan lagi kepada siapa atau nama yang lebih awal ditentukan pilihannya.
Entah dari Partai Politik manapun yang mengusung, itu tidak penting !
Masyarakat Bojonegoro memandang semua elit partai politik yang di daerah dianggap mempunyai kemampuan yang sama baik kelebihan maupun kelemahannya.
Justru pertarungan harapan masyarakat ada di kapasitas kompetensi integritas catatan amal soleh dari para kandidat itu sendiri. Karena diduga semua kandidat berasal dari rezim Kang Yoto.
Kalo sudah demikian maka masyarakat lebih mudah menaruh harapan kepada 2 (dua) kriteria , yakni :
1. Kemampuan Mengelola Brokrat. aparatur sipil negara yang bekerja pada sistem birokrasi adalah birokrat.
Diakui era Kang Yoto birokrasi sangat bagus dan dekat dengan rakyat tidak ada yang ditutupi bahkan birokrat/pelayan masyarakat dianggap sangat tanggap dan serius. Kalo boleh dibilang persoalan masyarakat dari sumbu uceng kompor habis sampai isteri kehilangan suaminyapun juga menjadi layanan birokrasi.
Hal ini artinya kemampuan dan kemauan mengelola birokrat sangat lihai dan bagaimana jika kandidat yang ada nanti setelah menjadi orang nomer satu di Kabupaten Bojonegoro ini. Apakah masih mau tanggap atau tidak itu tergantung dan sangat dipengaruhi oleh gaya dan kemampuan Bupati dan Wakil Bupatinya mengelola birokrat.
2. Kemampuan Mengelola Publik rakyat atau publik adalah gabungan kumpulan dari berbagai pribadi yang sangat banyak watak karakternya. Mengelola publik / rakyat yang paling gampang tapi paling sulit dilaksanakan adalah; seorang kepala daerah tidak boleh ngrasani rakyatnya tetapi rakyat boleh ngrasani kepala daerahnya.
Ukuran ini sangat penting dan menjadi pertimbangan mutlak. Sering gaya pemimpin yang memasang mata-mata hanya digunakan untuk dendam jika ada rakyat yang ngrasani secara negatif dan sebaliknya akan mendapat insentif jika kebaikan yang slalu dicurahkan kepada sang kepala daerahnya.
Kedua kriteria itu bakal menjadi pembahasan berhari-hari, berbulan-bulan hingga pada saat penentuan coblosannya.
Pada akhirnya pasti pilihannya akan ditentukan kepada kandidat yang lebih lihai mengelola birokrat dan lihai mengelola publik.[] (KANG BRON)


